Di sebuah kota yang terkenal
dengan tata kotanya yang rapi, terdapat sebuah SMA Swasta yang merupakan salah
satu SMA yang mengajarkan ilmu musik sebagai mata pelajaran utama. Oleh karena
itu, setiap pengajarnya harus bisa bermain alat musik. Memasuki tahun ajaran
baru, SMA ini menerima 2 orang pengajar pria. Keduanya akan mengajar kelas XI
dan menguasai alat musik piano. Sebelumnya di SMA ini sudah terdapat 2 pengajar
yang menguasai piano, keduanya wanita dan mengajak kelas XII. Jadi sekarang SMA
ini memiliki 4 pengajar piano, yaitu Diana, Siska, Andrew, dan Pedro. Pedro
merupakan lulusan Amerika untuk jurusan musik dan apabila ke sekolah
mengendarai motor sedangkan Andrew hanya lulusan dalam negeri dan hanya
berjalan kaki(walaupun demikian sebenarnya dia adalah anak dari pengusaha
sukses yang telah meninggal, tetapi karena keinginannya untuk mengaja musik
maka dia tidak ingin menunjukkan kekayaannya ). Siska adalah anak dari Kepala
SMA ini. Dia dididik sendiri tentang piano oleh ayahnya dan sekarang membantu
ayahnya sebagai pengajar di sekolah ini.
Pada hari pertama ini,
Andrew masuk ke ruang guru dan mendengar sebuah alunan musik yang begitu indah.
Dia mencari asal suara ini, dan dia melihat sebuah piano berwarna putih dengan
seorang wanita berambut sebahu sedang bermain piano. Dia tidak berani menyapa,
dia hanya melihat dan menikmati alunan musik tersebut. Tanpa sengaja dia
menyenggol pot tanaman sehingga berderit, wanita itu pun berhenti dan menoleh
lalu keluar dan melihat Andrew. Inilah awal perkenalan Andrew dan Siska.
Bel berbunyi tanda pelajaran
dimulai, mereka tidak sempat berbicara apa-apa karena harus segera menuju kelas
mereka masing-masing. Ketika pelajaran berlangsung, Pedro yang sedang mengajar
tiba-tiba dipanggil oleh Kepala Sekolah untuk dikenalkan kepada Siska anaknya.
Pedro pun menjabat tangan Siska dan tampaknya Siska tertarik dengan Pedro.
Berjalan 1 bulan, Siska
dekat dengan Andrew dan sering jalan keluar. Suatu hari ketika mereka berdua
berjalan-jalan, Siska mengajak untuk mampir ke sebuah toko yang ternyata adalah
milik Andrew, begitu memasuki toko Andrew segera memberi isyarat agar jangan
sampai para pekerja toko menyapa dia seperti mereka kenal dia. Akhirnya mereka
melihat-lihat barang yang dijual di toko itu tanpa Siska tahu bahwa Andrew
adalah pemilik toko itu. Akhirnya mereka pulang sekitar pukul 8 malam.
Keesokan harinya di sekolah,
Andrew berbincang dengan Siska hingga tiba-tiba Pedro datang dan mengajak Siska
untuk pergi pada hari Minggu. Siska pun mengiyakan ajakan Pedro tersebut. Dalam
hati, Andrew sedikit kecewa karena Siska mau diajak Pedro untuk pergi. Bel pun
berbunyi dan mereka menuju kelas mereka masing-masing.
Hari Minggu tiba, seperti
yang direncanakan, sekitar pukul 8 pagi Pedro sudah tiba di rumah Siska. Siska
pun akhirnya pergi bersama Pedro. Andrew bertemu dengan temannya yang adalah
seorang pengacara yang cukup terpandang, mereka menuju ke sebuah rumah makan.
Mereka mengendarai mobil tahun 80'an berwarna putih. Di tengah jalan dia melihat
Siska dan Pedro keluar dari sebuah toko, Andrew pun turun dan menyapa mereka
serta mengenalkan temannya pada mereka. Tiba-tiba Siska yang melihat mobil
klasik itu begitu tertarik untuk melihat interior mobil itu. Sambil
tersenyum-senyum Andrew mengantarkan Siska melihat mobil. Ketika melihat-lihat
mobil, secara tiba-tiba ada 2 pria dengan jaket dan kaca mata berlari ke arah
mereka dengan menodongkan pistol revolver berpeluru 6. Andrew yang melihat hal
itu langsung menarik Siska untuk bersembunyi di balik mobil, sedangkan sang
pengacara bersembunyi sambil melihat keadaan sekitar, peluru-peluru
berterbangan. Melihat salah seorang sedang melakukan 'reloading' dia langsung
menarik tangan pria itu dan memukul siku kanannya, dia menarik kerahnya lalu
menghantam wajah pria itu hingga berdarah. Melihat itu pria lainnya mencoba
menembak sang pengacara(Sam). Andrew dengan cekatan melompat dan menabrak pria
itu. Mereka berdua berebut pistol, perebutan berlangsung cukup sengit, dan
akhirnya terdengar bunyi tembakan dan pria tersebut meninggal di tempat karena
peluru menembus lehernya. Beberapa saat kemudian bunyi sirene polisi datang dan
Sam yang adalah seorang pengacara menjelaskan kejadian itu kepada polisi. Sejak
saat itu, Siska merasa bahwa dia berhutang budi pada Andrew yang telah
menyelamatkannya.
Beberapa hari kemudian,
ketika Ruang Guru telah sepi, hanya ada Siska, Andrew, dan 1 orang petugas
kebersihan yang membersihkan ruangan tersebut setiap sorenya, Siska menghampiri
Andrew dan mengajaknya untuk keluar makan malam pada hari Sabtu nanti.
Hari Sabtu pun tiba, Siska
dan Andrew pergi ke sebuah restoran yang cukup bagus. Mereka berdua duduk di
sebuah meja berbangku 2 dengan taplak meja berwarna putih-coklat. Di atas meja
itu terdapat lilin berwarna pink yang menambah keromantisan malam itu. Mereka
berdua memesan makanan dan minuman. Ketika itu, Andrew melihat anak perempuan
dari teman mendiang ayahnya, ia pun menyapa. Mereka berbincang-bincang bertiga
dan ternyata anak perempuan yang bernama Firda itu adalah koki kepala di
restoran tersebut. Ketika Firda menanyakan pada Andrew apakah Siska adalah
pacarnya, Andrew ingin menjawab bahwa Siska adalah calon pacarnya dan berencana
mengungkapkan perasaannya saat itu juga, tetapi Siska terlebih dahulu
mengatakan bahwa mereka berdua hanya teman kerja. Kemudian Firda pun permisi
untuk kembali bekerja karena saat itu restoran sedang ramai pengunjung. Setelah
makan, mereka pulang karena sudah cukup malam.
Suatu hari, di sebuah kios
buku, Siska sedang melihat buku musik edisi baru, ketika itu datang 2 orang
bertopeng hitam masuk kios dan menodongkan pisau kepada kasir dan pengunjung.
Semua orang di dalam kios ketakutan karena salah seorang bertopeng itu
mengangkat seorang anak kecil dan menodongkan pisau ke leher anak tersebut. Sesaat
kemudian lampu di kios mati, tiba-tiba terdengar suara pukulan dan erangan
kesakitan. Ketika seseorang menyalakan lampu senter, ternyata ada seseorang
berjubah biru dengan syal biru dan bertopeng anjing biru sedang melumpuhkan
kedua orang jahat itu. Tapi ketika dia lari keluar, penjahat itu melempar pisau
dan memotong syal biru itu. Siska akhirnya pulang dengan selamat. Pria
bertopeng biru itu akhirnya disebut oleh masyarakat dengan sebutan Pasukan Biru
yang tanpa diketahui adalah Andrew.
Keesokan harinya, Pedro
tiba-tiba menjemput Siska untuk pergi ke sekolah bersama. Ketika di motor,
Siska melihat bahwa di spion motor Pedro terdapat syal biru seperti yang
dilihat dipakai oleh Pasukan Biru. Dalam pikiran Siska, dia berpikir bahwa
Pedro lah yang kemarin telah menyelamatkan dia. Siska pun semakin menyimpan
rasa cinta seperti yang dulu berawal pada pandangan pertamanya.
Perasaan itu tetapi terlukai
ketika Pedro diwawancarai oleh sebuah acara TV yang juga mengira bahwa Pedro
adalah Pasukan Biru. Ketika ditanyai tentang kriteria wanita idamannya, dia
mengatakan bahwa ia suka wanita feminim, sedangkan Siska tidak. Siska pun
benar-benar galau, akhirnya dia mengajak Diana dan Andrew pergi sambil
membicarakan hal ini. Andrew yang mendengar pembicaraan ini justru merasakan
sakit hati yang begitu dalam ketika mengetahui Siska yang ia cintai justru
mencintai orang lain.
Suatu ketika, sekolah
berencana mengadakan lomba musik antar pengajar di sekolah ini. Pemenang dari
lomba ini akan mewakili sekolah untuk mengikuti lomba nasional. Semua pengajar
diwajibkan mengikuti acara ini, termasuk Siska, Diana, Andrew, dan Pedro. Hari
H pun tiba, sekitar 1 jam sebelum acara dimulai, semua pengajar telah hadir,
kecuali Andrew. Bapak Kepala Sekolah yang baru saja tiba di sekolah secara
tiba-tiba ditangkap oleh 5 orang berjubah hitam yang ternyata disuruh oleh
pengusaha kaya yang merupakan pesaing dari perusahaan Andrew yang ingin membeli
tanah sekolah itu tetapi tidak mendapat persetujuan dari Kepala Sekolah yang
merupakan pemilik sekolah tersebut. Kejadian itu terlihat oleh Andrew yang
sedang menuju ke sekolah. Melihat itu, Andrew segera memutar balik dan
mengambil motor khas Pasukan Biru-nya, mengejar penculik Kepala Sekolah
tersebut. Memasuki sebuah gedung tua, Pasukan Biru dihadang oleh 2 orang yang
tadi menculik Kepala Sekolah, keduanya dengan cepat segera dilumpuhkan.
Berikutnya 3 orang yang sedang memukuli Kepala Sekolah dilumpuhkan juga
olehnya. Pertama dia menendang kepala orang yang berada di depan Kepala
Sekolah, kemudian dengan cepat menarik Kepala Sekolah dan mematahkan kursi
kayunya sehingga Kepala Sekolah yang terikat pada kursi dapat melepaskan diri.
Kemudian dengan cepat Pasukan Biru menarik tangan pria yang berada di kanannya
lalu dilemparkan ke arah pria yang berada di belakang Kepala Sekolah tadinya.
Saat itulah sebuah pecahan kayu yang tajam dilemparkan ke arah Pasukan Biru dan
menyobek punggungnya. Pasukan Biru lalu mengantar Kepala Sekolah kembali ke
sekolah.
Di sekolah, para guru
kebingungan mencari Kepala Sekolah tetapi perlombaan berlangsung dengan lancar
hingga tibalah giliran Andrew untuk unjuk kebolehan. Andrew tiba tepat waktu
dan mulai memainkan piano putih dengan ukiran keemasan. Dia bermain dengan
tergesa-gesa dan Siska menyadarinya. Dia berbicara dengan ayahnya dan ayahnya
membenarkan perkataan Siska itu. Tiba-tiba Andrew berhenti bermain dan
terjatuh. Seluruh isi gedung kebingungan dan keadaan menjadi kacau. Segera
ambulans datang dan membawa Andrew ke rumah sakit. Ternyata Andrew mengalami
luka dipunggung seperti terkena benda tajam. Andrew kehilangan banyak darah
sehingga membutuhkan istirahat beberapa hari di rumah sakit. Lomba tersebut
akhirnya dimenangkan oleh Siska dan dia berhak mewakili sekolah dalam lomba
tingkat nasional. Siska pun menjenguk Andrew bersama dengan ayahnya. Saat
melihat keadaan Andrew, Ayah Siska menyadari bahwa luka yang ada pada tubuh
Andrew persis seperti yang ada pada Pasukan Biru. Dalam hati beliau terus
berpikir, apakah mungkin Andrew adalah Pasukan Biru. Hingga keesokaan harinya
beliau mengatakan hal itu pada Siska. Dan seketika itu Siska meminta ijin untuk
menemani Andrew di rumah sakit selama beberapa hari karena kalau memang benar
Andrew adalah penyelamat ayahnya dan kalaupun tidak benar, Andrew tetaplah
temannya dan tidak mungkin meninggalkannya sendirian di rumah sakit. Andrew
yang ditemani oleh Siska di rumah sakit sangat senang. Mereka pun menjadi
semakin akrab walaupun Andrew masih tidak ingin mengatakan bahwa dirinya adalah
Pasukan Biru.
Beberapa hari kemudian,
Andrew telah pulang dari rumah sakit dan kembali bekerja di sekolah. Di
sekolah, dia disambut oleh para guru di ruang guru. Andrew merasa senang karena
ternyata keberadaannya di sekolah masih mendapat perhatian dari guru-guru
lainnya. Bel masuk pun berbunyi, Andrew menuju ke kelasnya ditemani oleh Siska.
Dalam hati, Andrew berpikiran untuk menyatakan perasaannya pada Siska. Dia pun
membuat keputusan untuk menyatakannya saat itu juga, tetapi tiba-tiba datang
Pedro yang mengucapkan selamat datang kembali kepada Andrew dan mengajak Siska
untuk menemaninya melihat telepon genggam di toko nanti malam. Siska yang
memang sebelumnya memiliki perasaan terpendam pada Pedro langsung menyetujui
ajakan tersebut. Mendengar itu, Andrew segera pamit untuk masuk ke dalam
kelasnya. Di kelas, Andrew disambut dengan sebuah surat yang ditulis oleh para
muridnya. Dia membacanya di depan murid-muridnya sampai terharu dan meneteskan
air mata. Dalam surat itu, para murid berjanji tidak akan nakal lagi di kelas,
mereka mengatakan bahwa tanpa guru Andrew, mereka tidak bisa merasakan kelas
yang penuh kehangatan seperti yang dirasakan saat bersama Andrew. Akhirnya
pelajaran pun dimulai.
Sepulang sekolah, Andrew
segera pulang karena dia memiliki janji bertemu dengan Sam. Mereka berencana
membicarakan tentang kasus pembunuhan ayah Andrew 10 tahun yang lalu. Mereka
membuat suatu perkiraan bahwa pelakunya adalah pengusaha saingan ayah Andrew
yang dulu menculik Kepala Sekolah. Pada saat yang sama, Siska dan Pedro sedang
berjalan-jalan di sebuah mall dan ketika itu juga Pedro bertemu dengan mantan
pacarnya yang bernama Indri. Mereka putus karena Pedro diharuskan oleh neneknya
untuk kuliah musik di Amerika. Indri yang melihat Pedro langsung memeluknya dan
Pedro pun memeluk Indri. Melihat hal itu, Siska yang menyukai Pedro benar-benar
hancur, tetapi tetap berusaha tersenyum ketika akhirnya mereka bertiga makan di
sebuah rumah makan dekat mall itu.
Keesokan harinya, Siska
menceritakan kejadian yang dialaminya kemarin kepada Andrew di kantin sekolah.
Mendengar cerita Siska, Andrew mengerti apa yang dirasakan oleh Siska dan
mengajak Siska untuk sedikit merelaksasi pikiran dengan pergi ke sebuah kafe
bersama Firda, teman Andrew yang bekerja sebagai koki.
Ketika di kafe, mereka
bertiga duduk bersama dan tiba-tiba melihat Pedro yang duduk sendirian sambil
termenung dan minum minumannya. Tetapi karena perasaan Siska yang belum
membaik, mereka tidak mengajak Pedro untuk bergabung. Siska pergi ke toilet dan
bersisipan dengan 2 pria bertopi. Siska masuk ke toilet dan mencuci muka, dan
tanpa sadar, kedua pria tersebut telah masuk ke dalam toilet wanita dan
memojokkan Siska. Siska yang ketakutan langsung berteriak, beruntung
teriakannya terdengar oleh Andrew yang sedang berada di kasir dekat toilet.
Andrew pun segera masuk ke toilet dan menarik pria yang berkulit hitam
membenturkan kepalanya ke dinding sampai berdarah. Melihat itu pria yang lain
menyerang Andrew dari belakang dengan pisau lipatnya. Siska langsung berlari
dan menepis pisau itu, tapi justru pisau itu mengenai telapak tangan kiri
Siska. Andrew yang naik darah segera merebut pisau itu dan menusukkan ke badan
pria itu sebanyak 3 kali, 1 di kaki dan 2 di bahu. Andrew segera membawa Siska
ke rumah sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, Siska dilarang untuk
bermain piano dulu karena dapat menyebabkan lukanya menjadi semakin parah.
Mendengar itu, air mata meleleh dari mata Siska yang kecoklatan. Andrew mencoba
menghibur Siska yang terpukul karena besar kemungkinan ia tidak dapat mewakili
sekolah dalam lomba tingkat nasional yang akan diadakan minggu depan, tetapi
Siska justru mengusir Andrew dari kamarnya.
Beberapa hari kemudian,
Siska telah kembali bekerja. Andrew yang menyambut kedatangannya justru tidak
diperdulikan oleh Siska. Siska menerima bunga yang diberikan oleh Pedro. Andrew
tidak menyalahkan perbuatan Siska karena dia mengerti apa yang dirasakan Siska
saat ini.
Keesokan harinya, Andrew
tidak masuk ke sekolah. Dia berdiam di rumah sambil memikirkan cara agar Siska
dapat tetap mewakili sekolah. Dia tidak ingin melihat Siska yang terus
menjauhinya karena merasa bahwa kecelakaan yang menimpanya karena Andrew.
Akhirnya Andrew menemukan ide ketika dia sedang bermain piano. Dia berencana
membuat sebuah lagu yang cukup dimainkan di piano dengan hanya menggunakan
tangan kanan.
3 hari sudah Andrew tidak
masuk sekolah. Siska masih tetap menyalahkan Andrew. Hingga ketika jam pulang
sekolah, Andrew datang menemui Siska dan berusaha membuat Siska kembali seperti
dahulu, walaupun tangannya tidak akan seperti dahulu dalam waktu dekat. Siska
yang mendengar Andrew menitikkan air mata dan memeluk Andrew. Mereka pun pulang
bersama. Sesampai di depan rumah Siska, Andrew memberikan sebuah DVD kepada
Siska. Siska menerimanya dan langsung masuk ke rumah mengambilkan payung karena
cuaca mulai mendung. Andrew pun pulang dengan membawa payung tersebut,
berjaga-jaga apabila hujan turun.
Benar, tidak lebih dari 15
menit hujan turun cukup deras. Beruntung Andrew telah membawa payung yang
diberi oleh Siska. Di rumah Siska, sebuah DVD player menyala dengan DVD diputar
di dalamnya. DVD tersebut ternyata hasil rekaman Andrew. Di dalamnya, Andrew
berusaha mengatakan bahwa dia begitu sedih ketika Siska mengusirnya ketika itu.
Andrew yang merasa sudah begitu dekat dengan Siska ketika itu, justru tidak
dihiraukan oleh Siska saat Siska kembali ke sekolah. Siska yang melihat itu
kembali meneteskan air mata. Tetapi tidak selesai di situ, dalam DVD itu Andrew
mencoba menghibur Siska dengan percakapan Andrew dengan boneka beruang. Siska
begitu senang dan berhenti menangis. Andrew pun memainkan sebuah lagu yang ia
ciptakan untuk dimainkan Siska dalam lomba nantinya. Mendengar Andrew memainkan
lagu itu, Siska benar-benar terharu melihat apa yang Andrew lakukan demi
dirinya. Andrew pun memainkan sebuah lagu yang ia ciptakan untuk dimainkan
Siska dalam lomba nantinya. Mendengar Andrew memainkan lagu itu, Siska
benar-benar terharu melihat apa yang Andrew lakukan demi dirinya.
Keesokan harinya, Siska
datang ke sekolah lebih awal untuk menanyakan pada Tata Usaha di mana alamat
rumah Andrew, karena Andrew sudah beberapa hari tidak masuk sejak kejadian yang
menimpa Siska itu. Ternyata, hari itu Andrew sudah tiba di sekolah dan bermain
piano di kelasnya. Siska pun masuk dan menemui Andrew. Siska memberikan tanda
terima kasih berupa ajakan menonton bioskop nanti malam. Mendengar itu, Andrew
sangat gembira karena wanita yang ia sukai mengajaknya untuk menonton bioskop
berdua.
Pada malam harinya, dengan
pakaian yang rapi dan elegan, Andrew menunggu Siska di depan bioskop seperti
janji yang telah mereka buat. Sekitar 15 menit kemudian, Siska datang dengan
gaun biru muda yang menawan. Andrew hanya bisa melamun melihat Siska yang
begitu cantik malam ini. Mereka berdua pun segera masuk karena film akan segera
dimulai.
Setelah film selesai, mereka
keluar dan secara tiba-tiba sebuah van hitam berhenti di depan mereka dan
menarik masuk Siska. Andrew berusaha berlari mengejarnya namun tidak terkejar.
Andrew hanya melemparkan sesuatu ke van itu yang ternyata adalah sebuah alat
pemancar sinyal yang nantinya dapat ditangkap alat pelacak. Andrew kembali ke
rumah dan mengambil alat pelacak serta motor khas Pasukan Biru.
Andrew menuju lokasi yang
ditunjukkan oleh alat pelacak dan di sana dia dihadang oleh 2 orang berotot
besar. Andrew melompat dari motor dan langsung menendang badan salah seorang
dari mereka. Tetapi tendangan tersebut tidak membuat badan besar itu bergeming
sedikitpun. Andrew kembali memukul badannya, tetapi hasilnya nihil. Salah
seorang dari mereka menariknya dan melempar hingga tubuh Andrew membentuk tiang
beton. Andrew kembali bangkit dan berlari sambil bersiap memukul mereka. Ketika
berlari, dia melihat balok kayu dan menjadikannya tumpuan melompat dan
menghantam leher salah seorang dari mereka. Seketika itu juga jatuhlah dia dan
Andrew segera mengambil sepotong besi dari motornya dan mencoba memukul 1 orang
yang tersisa, tetapi orang tersebut menangkap besi tersebut dengan tangannya.
Tanpa disangka, besi tersebut adalah sebuah alat yang dapat menghantarkan listrik
jika pada kedua ujungnya tersentuh sesuatu. Tangan Andrew yang berkostum
Pasukan Biru itu tidak merasakannya karena menggunakan sarung tangan kostum.
Andrew segera membebaskan Siska yang terikat di kursi kayu. Mereka berdua pergi
dari tempat tersebut dengan motor Pasukan Biru.
Ketika sampai di rumah
Siska, Siska berterima kasih dan mengajukan permohonan agar Pasukan Biru mau
membuka topengnya untuknya. Mulanya permohonan itu ditolak, namun karena Siska
terus memaksa dan timbul keinginan agar Siska tahu bahwa yang telah
menyelamatkannya adalah dirinya, Andrew pun membuka topengnya dan membiarkan
Siska menatap wajahnya, teman dekatnya yang selalu ada buatnya.
Akhirnya Siska pun
berpacaran dengan Andrew dan menikah setelah 1 tahun berpacaran. Mereka pun hidup
bahagia. Siska menjadi kepala sekolah menggantikan ayahnya dan Andrew
melanjutkan perusahaan mendiang ayahnya dan tetap sebagai Pasukan Biru.